Kamis, 17 Desember 2009

KAJIAN AYAT ALI IMRON: 161

وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَغُلَّ وَمَن يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ
Artinya: “Dan tidaklah mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat, maka ia akan datang pada hari kiamat membawa apa yang dikhianatinya. Kemudian setiap jiwa akan diberi pembalasan sesuai dengan apa yang ia kerjakan, dan tak seorang pun akan diperlakukan secara lalim.”
Sebab Diturunkannya Surat Ali Imron: 161
Abu Dawud dan at Tirmidzi dan dia menghasankannya mertiwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat di atas turun pada sebuah kain merah yang hilang paada Peperangan Uhud. Maka beberapa orang berkata, ‘‘‘Mungkin Rosululloh telah mengambilnya.” Maka Allah SWT menurunkan firmannya, “Dan tidaklah mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang.”emudian beliau mengutus kembali, lalu panjinya kembalikan dengan emas sebesar kepala kijang. Maka turunlah firman Allah SWT.
Tafsir dari Surat Ali Imron: 161
Tafsir Ibnu `Abbas
وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَغُلَّ (Dan tidaklah mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang) kepada Umatnya. Jika anda membaca أَن يَغُلَّ maka maknanya adalah: tidaklah oleh seorang Nabi dikhianati oleh umatnya - وَمَن يَغْلُلْ (Barang siapa yang berkhianat) dalam urusan harta rampasan perang meskipun sedikit - يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatinyaitu) di atas lehernya - ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ (kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal) baik berupa tindakan berkhianat dalam urusan harta rampasan perang ataupun tindakan lainnya - وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ (sedang mereka tidak dianiaya), amal kebaikan mereka tidak ada yang dikurangi dan amal buruk mereka tidak ada yang ditambahkan.
Tafsir Wazij
Nabi dituduh oleh orang-orang munafik menyembunyikan pakalan-pakalan yang diperoleh dari suatu peperangan. Di sini Alquran mengungkapkan kepada kita bahwa tidaklah mungkin bagi seorang Nabi melakukan kebohongan. Ayat ini menggambarkan sifat orang-orang munafik dan bagaimana keraguan dan pendapat yang tak berdasar menyelinap ke dalam pikiran mereka. Ayat ini ditujukan khususnya kepada orang-orang yang terganggu oleh fitnah yang tersebar ketika itu. Jawaban kepada orang-orang beriman dan juga kepada kita adalah bahwa orang yang memiliki hubungan dengan Penciptanya tak mungkin mengkhianati kepercayaan yang telah ia pegang teguh.
Siapa pun yang berkhianat kepada dirinya sendiri akan melihat pengkhianatannya pada hari pembalasan, di mana ketika itu tak ada kelaliman. Pada kehidupan ini, kita menjumpai ketidakadilan yang secara terang-terangan dilakukan, yaitu ketidakadilan manusia, tetapi di akhirat kelak kita tak akan menjumpai hal ini. Alquran juga menyatakan bahwa terdapat sekelompok orang yang menerima begitu saja ketidakadilan yang ditimpakan orang lain kepada mereka dengan mengira bahwa hal itu merupakan ujian dan musibah dari Allah. Memang segala sesuatu berasal dari Allah, namun penderitaan yang disebabkan langsung oleh orang-orang ini merupakan ketidakadilan bagi manusia lain, karenanya mereka seharusnya tak menganggap bahwa penderitaan ini dikarenakan Allah menghukum mereka. Allah tidak akan mengazab orang yang tidak menimbulkan azab bagi diri mereka sendiri. Sambil mengakui kebenaran bahwa, pada akhirnya, segala sesuatu berasal dari Allah, kita juga harus menyadari bahwa Allah telah memberikan kita akal untuk menyelamatkan diri dari kelaliman atau meluruskannya bila mampu. Pada tahap selanjutnya, kita tak akan mengalami ketidakadilan, dan keadilan ilahi jelas akan tampak.

Pada perang Badar ada selembar selimut merah dari barang rampasan hilang sebelum dibagi-bagi. Sebagian dari orang-orang munafik mengatakan bahwa selimut itu mungkin diambil oleh Rasulullah saw atau pasukan pemanah.
Tidak pantas dan tidak mungkin terjadi Rasulullah saw berbuat khianat mengambil barang ganimah (rampasan dalam peperangan) Hal itu bertentangan dengan sifat-sifat kemaksuman Nabi (terpeliharanya dari perbuatan yang tercela), akhlaknya yang tinggi yang menjadi contoh utama. Barang siapa berbuat khianat serupa itu maka ia pada hari kiamat akan datang membawa barang hasil pengkhianatannya dan tidak akan disembunyikannya. Setiap orang akan menerima balasan atas amal perbuatannya baik atau buruk, dan dalam hal balasan itu ia tidak akan teraniaya. Seperti orang yang berbuat baik dikurangi pahalanya atau orang yang berbuat buruk di tambah siksaannya.
Yang dimaksud dengan gulul pada ayat 161 ialah mengambil secara sembunyi-sembunyi milik orang banyak. Jadi pengambilan itu sifatnya semacam mencuri. Seorang Rasul sifatnya antara lain amanah, dapat dipercaya. Karena itu sangat tidak mungkin Rasulullah saw berbuat gulul bahkan dalam masalah gulul ini Rasulullah saw pernah bersabda:

يا أيهاالناس من عمل لنا منكم عملا فكتم محيطا فما فوقه فهو غل يأتي به يوم القيامة
Artinya:
"Wahai sekalian manusia! barang siapa di antaramu mengerjakan sesuatu untuk kita, kemudian ia menyembunyikan sehelai barang jahitan atau lebih dari itu, maka perbuatan itu gulul harus dipertanggungjawabkan nanti pada hari kiamat. (HR Muslim dan Abu Daud)
Sayidina Umar bin Khattab pernah meriwayatkan:
لما كان يوم خيبر أقبل نفر من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالوا: فلان شهيد وفلان شهيد حتى أتى على رجل فقالوا: فلان شهيد. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: كلا إني رأيته فى النار في بردة غلها أو عباءة ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذهب فناد فى الناس إنه لا يدخل الجنة إلا المؤمنون
Artinya:
Bahwa setelah selesai perang Khaibar beberapa sahabat menghadap Rasulullah saw seraya mengatakan: Si A mati syahid, Si B mati syahid dan sampai mereka menyebut Si C mati syahid Rasul menjawab: "tidak, saya lihat Si C ada di neraka, karena ia mencuri sehelai baju'. Akhirnya Rasul menyuruh mengumumkan: "bahwa tidak akan masuk surga, kecuali orang-orang mukmin". (HR Muslim.)

Analisis Surat Ali Imron 161
Subhanaloh, menurut saya benar Rosululloh tidak mungkin pengkhianatan karena Rosul sendiri memiliki sifat amanah. Dan mana mungkin jika saja seorang Rosul melakukan pengkhianatan, karena Allah SWT menciptakan seorang Rosul uuntuk menympurnakan semua aspek di Duni ini, salah satunya ahlak manusia. Tentunya dengan misi tersebut, soerang Rosul akan memberi contoh yang baik, sedangkan pengkhianatan adalah suatu ahlak buruk.
Sehingga, benarlah firman Allah dalam Surat Ali Imron: 161 tersebut, Maha Suci Allah dengan segala firman-Nya yang menjamin bahwa tidaak mungkin seorang Rosul berkhianat.

DAFTAR PUSTAKA

As-Suyuthi, J. (2008). Sebab Turunnya Ayat Al-qur`an. Jakarta: Gema Insani.

As-Suyuthi, J. (2008). Tafsir Ibnu `Abbas. Bandung: Pustaka Darul Ilmi.

Ar-rifa`i, U. (2008). Tafsirul Wajiz. Jakarta: Gema Insani.
www.google.com

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com