Kamis, 24 Desember 2009

10 Kebiasaan Pribadi Sukses

Dalam bukunya yang berjudul ” 10 Kebiasaan Pribadi Sukses”, Dr. Ibrahim bin Hamd Al-Qu’ayyid memperkenalkan sejumlah konsep, trik-trik, dan hal-hal yang diperlukan dalam upaya merealisasikan kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Buku tersebut ditulis berdasarkan hasil refleksinya selama menjalankan profesinya sebagai konselor. Buku ini hadir untuk mengungkapkan sebuah filsafat yang orisinil, didasarkan pada nilai-nilai Islami.

Buku berjudul “10 Kebiasaan Pribadi Sukses” ini berusaha menjelaskan masalah kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan manusia secara komprehensif, mencakup semua aspek kehidupan manusia baik ketika ia sedang menjalin hubungan dengan sang Khaliq, bekerja atau menekuni profesinya, maupun ketika sedang berinteraksi dengan keluarga dan masyarakatnya.

Dalam kata pengantarnya, dikemukakan bahwa kebahagiaan dan kesuksesan akan datang dalam konteks pengabdian yang sebenarnya kepada Allah SWT dan pemakmuran bumi yang dilakukan dengan cara membangun peradaban manusia yang benar. Inilah prinsip utama yang menjadi landasan bagi isi buku ini secara keseluruhan.

Adapun esensi dari kesepuluh kebiasaan pribadi sukses ini adalah:



1. Berusaha Mencapai Keunggulan: usaha yang terus-menerus untuk meraih prestasi dalam hidup pada tiga bidang utama: konsisten meningkatkan kualitas iman dan hubungan kepada Allah SWT, konsisten meningkatkan kualitas profesionalisme, spesialisasi, produksi, kapabilats dan efektifitas dalam kerja dan profesi Anda dan konsisten dalam meningkatkan kualitas hubungan-hubungan positif Anda dengan orang lain.
2. Menentukan Tujuan: menentukan tujuan-tujuan hidup Anda (tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek).
3. Perencanaan: menetapkan tujuan-tujuan Anda dalam program-program kerja dan jangka waktu tertentu (timing) yang bisa dijalankan.
4. Menyusun Prioritas: menentukan mana yang harus dilakukan pertama, kedua dan seterusnya, mana yang terpenting kemudian yang penting dari tujuan-tujuan, tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban dalam hidup ini.
5. Konsentrasi: memberikan perhatian terhadap tugas dan tanggung jawab atau kerja yang ada dihadapan Anda dan langsung mengerjakannya tanpa menunggu-nunggu lagi. Sebagaimana juga memfokuskan perhatian dalam spesialisai, bidang atau keahlian yang Anda yakinin bisa berprestasi dan kreatif dalam bidang tersebut.
6. Manajemen Waktu: memanfaatkan waktu yang ada dan menggunakannya sebaik-baiknya untuk mengembangkan keahlian-keahlian dan potensi kita agar tercapai tujuan-tujuan penting yang kita cita-citakan.
7. Berjuang Melawan Diri Sendiri: usaha yang terus-menerus untuk mengalahkan ego, menundukkan nafsu, mengarahkannya dan membiasakannya menghadapi tanggung-jawab dan resiko-resikonya, serta sabar dan teguh dalam prinsip-prinsip, nilai-nilai dan beberapa kewajiban agar tercapai kehidupan mulia yang kita idam-idamkan.
8. Keahlian Berkomunikasi: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Bertujuan untuk memberikan pengaruh yang positif dalam hidup mereka dan supaya bisa hidup bersama mereka dalam suasana saling menghargai dan akhlak yang mulia.
9. Bepikir Positif: melihat dari sisi positif dalam semua hal, manusia dan peristiwa. Juga berpikir dengan cara yang didominasi unsur positif, prasangka baik, optimis dan melupakan sisi-sisi yang jelek.
10. Seimbang: berpikir dan bertindak dengan cara yang seimbang dalam hidup kita. Jangan sampai satu sisi lebih dominan dari sisi-sisi yang lain.

Tulisan selengkapnya dapat dilihat dalam tautan berikut ini:


(Sumber: http://perpuspdf.wordpress.com)

Kamis, 17 Desember 2009

KAJIAN AYAT ALI IMRON: 161

وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَغُلَّ وَمَن يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ
Artinya: “Dan tidaklah mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat, maka ia akan datang pada hari kiamat membawa apa yang dikhianatinya. Kemudian setiap jiwa akan diberi pembalasan sesuai dengan apa yang ia kerjakan, dan tak seorang pun akan diperlakukan secara lalim.”
Sebab Diturunkannya Surat Ali Imron: 161
Abu Dawud dan at Tirmidzi dan dia menghasankannya mertiwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat di atas turun pada sebuah kain merah yang hilang paada Peperangan Uhud. Maka beberapa orang berkata, ‘‘‘Mungkin Rosululloh telah mengambilnya.” Maka Allah SWT menurunkan firmannya, “Dan tidaklah mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang.”emudian beliau mengutus kembali, lalu panjinya kembalikan dengan emas sebesar kepala kijang. Maka turunlah firman Allah SWT.
Tafsir dari Surat Ali Imron: 161
Tafsir Ibnu `Abbas
وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَغُلَّ (Dan tidaklah mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang) kepada Umatnya. Jika anda membaca أَن يَغُلَّ maka maknanya adalah: tidaklah oleh seorang Nabi dikhianati oleh umatnya - وَمَن يَغْلُلْ (Barang siapa yang berkhianat) dalam urusan harta rampasan perang meskipun sedikit - يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatinyaitu) di atas lehernya - ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ (kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal) baik berupa tindakan berkhianat dalam urusan harta rampasan perang ataupun tindakan lainnya - وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ (sedang mereka tidak dianiaya), amal kebaikan mereka tidak ada yang dikurangi dan amal buruk mereka tidak ada yang ditambahkan.
Tafsir Wazij
Nabi dituduh oleh orang-orang munafik menyembunyikan pakalan-pakalan yang diperoleh dari suatu peperangan. Di sini Alquran mengungkapkan kepada kita bahwa tidaklah mungkin bagi seorang Nabi melakukan kebohongan. Ayat ini menggambarkan sifat orang-orang munafik dan bagaimana keraguan dan pendapat yang tak berdasar menyelinap ke dalam pikiran mereka. Ayat ini ditujukan khususnya kepada orang-orang yang terganggu oleh fitnah yang tersebar ketika itu. Jawaban kepada orang-orang beriman dan juga kepada kita adalah bahwa orang yang memiliki hubungan dengan Penciptanya tak mungkin mengkhianati kepercayaan yang telah ia pegang teguh.
Siapa pun yang berkhianat kepada dirinya sendiri akan melihat pengkhianatannya pada hari pembalasan, di mana ketika itu tak ada kelaliman. Pada kehidupan ini, kita menjumpai ketidakadilan yang secara terang-terangan dilakukan, yaitu ketidakadilan manusia, tetapi di akhirat kelak kita tak akan menjumpai hal ini. Alquran juga menyatakan bahwa terdapat sekelompok orang yang menerima begitu saja ketidakadilan yang ditimpakan orang lain kepada mereka dengan mengira bahwa hal itu merupakan ujian dan musibah dari Allah. Memang segala sesuatu berasal dari Allah, namun penderitaan yang disebabkan langsung oleh orang-orang ini merupakan ketidakadilan bagi manusia lain, karenanya mereka seharusnya tak menganggap bahwa penderitaan ini dikarenakan Allah menghukum mereka. Allah tidak akan mengazab orang yang tidak menimbulkan azab bagi diri mereka sendiri. Sambil mengakui kebenaran bahwa, pada akhirnya, segala sesuatu berasal dari Allah, kita juga harus menyadari bahwa Allah telah memberikan kita akal untuk menyelamatkan diri dari kelaliman atau meluruskannya bila mampu. Pada tahap selanjutnya, kita tak akan mengalami ketidakadilan, dan keadilan ilahi jelas akan tampak.

Pada perang Badar ada selembar selimut merah dari barang rampasan hilang sebelum dibagi-bagi. Sebagian dari orang-orang munafik mengatakan bahwa selimut itu mungkin diambil oleh Rasulullah saw atau pasukan pemanah.
Tidak pantas dan tidak mungkin terjadi Rasulullah saw berbuat khianat mengambil barang ganimah (rampasan dalam peperangan) Hal itu bertentangan dengan sifat-sifat kemaksuman Nabi (terpeliharanya dari perbuatan yang tercela), akhlaknya yang tinggi yang menjadi contoh utama. Barang siapa berbuat khianat serupa itu maka ia pada hari kiamat akan datang membawa barang hasil pengkhianatannya dan tidak akan disembunyikannya. Setiap orang akan menerima balasan atas amal perbuatannya baik atau buruk, dan dalam hal balasan itu ia tidak akan teraniaya. Seperti orang yang berbuat baik dikurangi pahalanya atau orang yang berbuat buruk di tambah siksaannya.
Yang dimaksud dengan gulul pada ayat 161 ialah mengambil secara sembunyi-sembunyi milik orang banyak. Jadi pengambilan itu sifatnya semacam mencuri. Seorang Rasul sifatnya antara lain amanah, dapat dipercaya. Karena itu sangat tidak mungkin Rasulullah saw berbuat gulul bahkan dalam masalah gulul ini Rasulullah saw pernah bersabda:

يا أيهاالناس من عمل لنا منكم عملا فكتم محيطا فما فوقه فهو غل يأتي به يوم القيامة
Artinya:
"Wahai sekalian manusia! barang siapa di antaramu mengerjakan sesuatu untuk kita, kemudian ia menyembunyikan sehelai barang jahitan atau lebih dari itu, maka perbuatan itu gulul harus dipertanggungjawabkan nanti pada hari kiamat. (HR Muslim dan Abu Daud)
Sayidina Umar bin Khattab pernah meriwayatkan:
لما كان يوم خيبر أقبل نفر من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالوا: فلان شهيد وفلان شهيد حتى أتى على رجل فقالوا: فلان شهيد. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: كلا إني رأيته فى النار في بردة غلها أو عباءة ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذهب فناد فى الناس إنه لا يدخل الجنة إلا المؤمنون
Artinya:
Bahwa setelah selesai perang Khaibar beberapa sahabat menghadap Rasulullah saw seraya mengatakan: Si A mati syahid, Si B mati syahid dan sampai mereka menyebut Si C mati syahid Rasul menjawab: "tidak, saya lihat Si C ada di neraka, karena ia mencuri sehelai baju'. Akhirnya Rasul menyuruh mengumumkan: "bahwa tidak akan masuk surga, kecuali orang-orang mukmin". (HR Muslim.)

Analisis Surat Ali Imron 161
Subhanaloh, menurut saya benar Rosululloh tidak mungkin pengkhianatan karena Rosul sendiri memiliki sifat amanah. Dan mana mungkin jika saja seorang Rosul melakukan pengkhianatan, karena Allah SWT menciptakan seorang Rosul uuntuk menympurnakan semua aspek di Duni ini, salah satunya ahlak manusia. Tentunya dengan misi tersebut, soerang Rosul akan memberi contoh yang baik, sedangkan pengkhianatan adalah suatu ahlak buruk.
Sehingga, benarlah firman Allah dalam Surat Ali Imron: 161 tersebut, Maha Suci Allah dengan segala firman-Nya yang menjamin bahwa tidaak mungkin seorang Rosul berkhianat.

DAFTAR PUSTAKA

As-Suyuthi, J. (2008). Sebab Turunnya Ayat Al-qur`an. Jakarta: Gema Insani.

As-Suyuthi, J. (2008). Tafsir Ibnu `Abbas. Bandung: Pustaka Darul Ilmi.

Ar-rifa`i, U. (2008). Tafsirul Wajiz. Jakarta: Gema Insani.
www.google.com

KAJIAN AYAT SURAT AL-BAQARAH AYAT 256

“Dan tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak pernah putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

SEBAB TURUNNYA AYAT
Abu Dawud as-Sijistani dan Ibnu Habban meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Dulu kala ada seorang wanita yang setiap melahirkan anaknya selalu mati. Lalu dia bernazar jika anaknya hidup, maka dia akan menjadikannya seorang Yahudi. Ketika Bani Nadhir diusir dari Madinah, diantara mereka terdapat anak-anak orang-orang Anshar. Maka mereka pun berkata, “Kita tidak bisa membiarkan anak-anak kita.” Maka turunlah firman Allah,

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama.” (al-Baqarah:256)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur Sa`id atau Ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Firman Allah, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)”, turun pada seorang lelaki dari Anshar yang berasal dari Bani Salim bin Auf yang bernama al-Hushain. Dia mempunyai dua orang anak yang keduanya beragama Nasrani, sedangkan dia sendiri adalah seorang muslim. Maka dia pun mengadu kepada Nabi SAW.,”Apakah saya perlu memaksa mereka berdua untuk masuk Islam karena mereka tetap ingin memeluk agama Nasrani?” Maka Allah menurunkan firman-Nya dalam surah al-Baqarah ayat 256.”

TAFSIR
a. Tafsir Ibnu `Abbas
(Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)) maksudnya; setelah orang-orang Arab masuk Islam, tidak beloh seorang pun dari kalangan ahli kitab dan pemeluk agama Majusi dipaksa untuk menganut agama tauhid. (Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat) yakni; antara iman dan kufur, dan antara agama yang hak dan agam yang bathil.

b. Tafsirul Wajiz
Al-Hadist
Dari Abdullah bin Salam, berkata, “Aku bermimpi di masa Rasululllah SAW. Aku bermimpi seolah-olah aku berada di sebuah taman yang luas dan hijau. Di tengahnya ada tiang dari besi, bagian bawahnya berada di tanah dan bagian atasnya berada di langit. Dan di atanya terdapat ikatan. Kemudian dikatakan kepadaku,”Naiklah.” Aku menjawab, “Aku tidak bisa.” Kemudian pelayan mendatangiku dan mengangkat pakaianku dari belakang sehingga aku naik sampai ke atasnya dan mengambil ikatan. Kemudian dikatakan kepadaku, “Peganglah erat-erat ikatan itu.” Kemudian aku terjaga dan sesungguhnya ia masih berada di tanganku. Lalu aku menceritakan hal itu kepada Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Taman itu adalah taman Islam, tiang itu adalah tiang Islam, dan ikatan itu adalah ikatan yang kuat. Engkau akan berada di dalam Islam hingga engkau meninggal.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

ANALISIS AYAT
Menurut pandangan saya, surah al-Baqarah ayat 256 memang benar bahwa tidak ada paksaan untuk masuk Islam. Jika seseorang dipaksa untuk masuk Islam, maka dia pun akan tidak tenang di dalam Islam karena diliputi ketakutan akan paksaan. Sebenarnya meng-Islam-kan seseorang memang sangat bagus, tetapi itu semua tidak bisa dengan paksaan. Kita harus mencontoh cara Rasulullah SAW meng-Islam-kan orang-orang Jahiliyah. Nabi SAW tidak pernah sekalipun memaksa orang Jahiliyah untuk masuk Islam, tetapi Beliau memberi kelembutan dan keramahan kepada orang Jahiliyah. Beliau memberi contoh bahwa Islam itu bukan agama kekerasan. Hal itulah yang membuat oran-orang Jahiliyah menjadi terbuka hatinya untuk masuk Islam. Nah, cara seperti inilah yang seharusnya kita contoh untuk mengajak orang-orang untuk masuk Islam. Jangan sampai kita memberontak kepada orang-orang yang non-muslim, karena hal itu akan memberi citra buruk kepada Islam itu sendiri. Tunjukkanlah bahwa Islam itu adalah agama yang penuh dengan ketenangan dan kedamaian. Di sis lain, kita sebagai seorang muslim harus tetap beriman kepada Allah karena seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa dengan ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka ia telah berpegang teguh kepada tali yang sangat kuat dan tidak pernah putus.

DAFTAR PUSTAKA

As-Suyuthi, J. (2008). Sebab Turunnya Ayat Al-qur`an. Jakarta: Gema Insani.

As-Suyuthi, J. (2008). Tafsir Ibnu `Abbas. Bandung: Pustaka Darul Ilmi.

Ar-rifa`i, U. (2008). Tafsirul Wajiz. Jakarta: Gema Insani.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com